Thursday, May 31, 2007

100% Bebas Asap Rokok

Kepada: pengelola tempat-tempat umum

Penelitian ilmiah tentang bahaya perokok pasif telah dilakukan selama lebih dari 20 tahun. Tidak ada keraguan bahwa merokok secara pasif sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, menyebabkan kanker dan banyak penyakit pernafasan serta kardiovaskuler pada anak-anak serta orang dewasa, dan tidak jarang mempercepat kematian.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah berkesimpulan bahwa asap rokok, sekecil apapun jumlahnya, tetaplah berbahaya. Rekomendasi WHO tentang hal ini mengatakan bahwa satu-satunya cara untuk melindungi masyarakat dari bahaya asap rokok adalah dengan memberlakukan peraturan 100% bebas asap rokok bagi tempat-tempat umum.

Hak untuk mendapatkan udara bersih, bebas dari asap rokok adalah hak umat manusia.

Dengan demikian, kami meminta anda untuk melindungi kesehatan pegawai, pekerja dan masyarakat umum dengan cara menerapkan peraturan yang 100% melarang merokok di tempat-tempat umum. Kami percaya, langkah ini adalah langkah yang sangat penting untuk melindungi kesehatan kita dan anak-anak kita semua.

Tertanda,

Gagah Putra Arifianto


World No Tobacco Day 2007

Sunday, May 20, 2007

Sabtu

Ini hari sabtu yang aneh
yang rasanya tidak seperti sabtu
rasanya seperti senin, selasa, bahkan yang kubenci,
minggu

Tapi esok yang kutunggu adalah satu
Mentari yang bersinar dibalik jendela kamarku
memberikan harapan, walau tetap tidak bisa
mengembalikan sabtuku

Aku tidak butuh hari sabtu
Aku tidak butuh hari lainnya
asal kembalikan sabtuku

Atau memang, sabtu itu hari?
Atau ia hanya huruf s ditambah abt diakhiri u?

Wednesday, May 16, 2007

Kesan pertama begitu menggoda. Selanjutnya, ya gitu deh...!

Dalam masalah sinetron, boleh dibilang RCTI adalah masternya. Bukan karena kualitas yang mencolok mata, tapi dari kuantitas atau jumlah yang memang gila-gilaan. Bayangin aja, dari pagi ampe siang 80% layar didominasi sinetron kita yang sarat mata melotot dan orang yang tertindas. Tapi ditengah banyaknya sinetron2 yang "katanya" memiliki rating asoy alias tinggi itu, cuma dikit yang bener2 berkualitas. Salah satunya, INTAN.

Waktu pertama kali gw nonton sinetron ini, jujur aja gw gak begitu impressed dgn skenario dan akting pemain-pemain sinetron yang diproduksi SinemArt ini. Tapi setelah hampir setiap hari gw didoktrin nyokap yang setia nonton ini sinetron tiap sore, gw jadi pengen tahu. Sebegitu hebatkah sinetron ini? Dan jawaban gw waktu itu jelas, sinetron ini beda jauh kualitasnya dari sinetron2 RCTI lainnya. Walau pada episode awal mimik Naysila Mirdad yang memerankan Intan terasa cheesy dan gak natural, ceritanya yang mengalir dan tidak adanya karakter hitam/putih yang wajib ada di sinetron kita memuaskan naluri kualitas gw (halah). Bukan apa-apa, dalam kehidupan sehari-hari, jarang banget (bahkan hampir mustahil) gw temuin orang-orang yang (hitam) jahat sejahat2nya menindas orang yang (putih) baik sebaik2nya sampe2 rela disiram aer, dibakar, dibanting, dipukul, ditampar, dijambak, apalah! Biasanya, orang sebaik apapun sadar kalau membiarkan diri dijahatin itu juga gak menambah nilai plus di mata dunia. Yang bertambah cuma luka yang nambah susah nyari jodoh (hadu kok malah ngaco).

Kembali ke INTAN, sempurnanya jalan cerita sinetron ini terus berlanjut sampai beberapa bulan dari pertama kali gw nonton. Seringkali tebakan gw akan jalan cerita ternyata salah. Ini hal yang sangat jarang gw temuin di sinetron Indonesia yang biasanya easy to guess dan predictable (sama aja kali). Singkatnya, pesona skenario sinetron ini teruuuuus sampe ceritanya si Rado buta. Disini sih belum terlalu ngaco, tapi ceritanya mulai predictable dan tembakan demi tembakan prediksi gw ternyata bener. Yang lebih bikin kaget lagi (hahaha) pada episode-episode ini gw baru sadar kalo sinetron ini adalah hasil adaptasi "kalo gak mau disebut plagiat) dari sebuah serial korea yang jujur gw lupa namanya. Tp kalo gak salah...waduh lupa beneran deh gw.

Cerita pun berlanjut lagi. Rado diceritakan meninggal karena bingung eh bukan, karena kebakaran di kafe yang rencananya bakal jadi tempat pertemuan Intan dan Rado. Yah lu pikirin ajalah, buta+kebakaran+panik+kafe. Hasilnya ya Orange Juice, eh mati. Oke-oke, gw masih terimalah idenya. Walo jujur gw anggep skenario ini absurd karena kyknya kebarakan di sebuah kafe kecil yang bentuk fisik bangunannya (waduh jadi teknis deh) terbuka tanpa dinding dan pintu gak akan semematikan kebakaran di rumah susun ato rumah turimungun (satu ribut semua bangun) yang banyak di Jakarta. Tapi okelah, Rado mati. Terus? Tamat dong? Oh ternyata gak. SinemArt masi Pede nerusin sinetron walau tanpa inti cerita yang jelas. Apa INtan mau dibikin jatuh cinta ama orang lain dan Rado bakal jadi bintang2 lainnya diangkasa? Ternyata tidak. Rado ternyata masih hidup. HA??? KoK bisa?????!!! Ya bisalah, INdonesia gitu.

Rado ternyata terselamatkan oleh seorang cewek gak penting yang kedatangan dan kepergiannya juga gak penting. Satu2nya yang penting dari cewek ini adalah punya suami yang fisiknya persis sama Rado. Suaminya itu bernama Aditya. Dan si Aditya ini baru aja meninggal. Dan kebetulan, si Rado yang buta muncul ditengah kebakaran, keantuk batu, lupa ingatan, dan selanjutnya bisa ketebak kan? Si cewek gak penting memanfaatkan Rado untuk meneruskan kehidupannya bersama Aditya. Harapannya, ingetan Rado gak bakal balik jadi mereka bakal bisa terus hidup bersama dan bahagia selama2nya kayak cerita Putri salju. Hoh? Masa gitu akhirnya? Ya gaklah....di sinetron Indonesia, kalo ada cewek gak penting, selalu ada cowok gak pentingnya. Cowok gak penting ini ternyata jadi bosnya si Intan yang lagi pusing nyari duit karena rumah keluarga mantan suami alias mertuanya disita bank karena utang bapak mertuanya yang gak pake tedeng aling2 maen valas dan bapak angkatnya si Intan pun mengenalkan penipu untuk membantu Anwar Fuady yang jd bapak mertua Intan. Hokeh deh, singkatnya si cowok gak penting jatuh cinta juga sama Intan. Si Intan sih seperti biasa cuma mesem2 gak jelas. yang mengejutkan dari bagian sini adalah kemunculan Rado/Aditya di kantor cowok gak penting sebagai partner si cowok gak penting. Ceritanya, Aditya ini playboy dan suka sama Intan. Oke...skip the crap.

Sekarang, cewek dan cowok gak penting uda gak ada. Si cewek mati ketiban kayu karena gempa (:p) waktu lagi makan malem sama Rado yang uda bukan Aditya. Si ceewek ngerelain Rado gitu lah. Terus Si cowok juga ada disitu. Skip the crap..........

Intan dan Rado pun kawin. Hmm...gw rasa kalo gw penulis skenario sekaligus produsernya, gw bakal namatin sinetron ini disini. Karena gw ngerasa, menambah event dan konflik baru cuma akan menimbulkan character assasination bagi karakter2 yang sudah kuat akarnya. Tapi sayangnya, tuhan eh PH-nya berkehendak lain. Ceritanya berlanjut lagi dengan konflik baru yaitu Intan gak punya anak. Ibunya Rado mendadak jadi psycho yg gak mau denger omongan siapapun dan cuma bisa ngomong satu kata. Cucuuuuuuuuuuuuuu, sayangnya mo sampe bibir doer juga gak bakal bisa punya cucu. Solusi baru muncul, si Rado disuruh kawin kontrak sama cewek gak penting seri kedua yang juga punya masalah dan konflik sendiri. Sampe sini, skenario sudah sangat2 jelas dibuat oleh penulis skenario Indonesia yang gak punya kreativitas abis. Pokoknya semua yang punya potensi menyiksa jiwa penonton dikerahkan, membuat INtan gak lagi unik. Konflik yg ada gak lagi terpikirkan secara dalam dan terkesan datang dan pergi seperti lagu letto yang jadi soundtracknya.

Kau datang dan pergi....oh begitu saja

Okeh iklannya abis, cerita yang menyiksa kembali menghibur (atau menyiksa) pikiran penontonnya. Intan sekarang memang bukan yang dulu. Sekarang, Intan sudah dijarah Freeport, dikorup Pemda, dirobek DPRD, disiram Kejaksaan Tinggi. Ceritanya gak lagi seperti milestone yang punya pencapaian sendiri setiap minggunya. Yang dicapai INtan saat ini cuma sampe mana rating turun dan naik. INtan kembali lagi ke takdir awalnya sebagai sinetron Indonesia, yaitu penghasil uang buat channel televisi. Padahal, tadinya Intan yang terbaik. Tadinya Intan yang terdepan. Tadinya Intan yang terkeren. Ini semua ngingetin gw sama quote yang terkenal diantara crew sinetron Tersanjung yang legendaris, Tadinya Tersanjung cuma satu. Dan ternyata sinetron ini pun belum bisa meruntuhkan anggapan sinetron Indonesia yang kesan pertamanya begitu menggoda, selanjutnya ya gitu deh. Capek gw.

Ada yang mo kirimin gw Intan versi koreanya gak? Pengen liat gw aslinya gimana.

Sunday, May 13, 2007

Kenapa?

12-13 mei sudah berlalu tanpa gaung yang benar-benar berarti. Yang ada paling hanya rasa solidaritas antar Mahasiswa ngadain acara damai mengingat korban perjuangan Reformasi. Tapi tentang kemurnian prinsip para Mahasiswa itu masih perlu dipertanyakan lagi, kalau melihat dari seniornya yang sudah duduk nyaman di gedung terhormat. Entah didukuni ato gimana, tiba2 mereka meninggalkan jiwa rebellion dan memasuki jiwa alami birokrat. Menyangkal, menutupi dan memperhalus sudah menjadi makanan sehari-hari mereka. Bayangin aja, sekedar memberi gelar "Pahlawan Reformasi" dan menempatkan foto korban di seluruh atlas dan buku pintar anak SD aja gak bisa, apalagi mengusut kasus ini? Mimpi kali yee.


Berpindah ke isu lainnya, anggota DPR dan yang "lain-lain" disana lagi sibuk mengusahakan amandemen UUD 1945. TUjuan dari amandemen "katanya" untuk meningkatkan fungsi dan tugas dari DPD. Jujur aja, buat gw ini gak terlalu penting. Walau gw mungkin gak sepinter Andi Matalatta atau Agung Laksono, menurut gw amandemen UUD 1945 harusnya dilakukan SETELAH amanat UUD sebelumnya sudah seluruhnya dijalankan. DPR sepertinya lupa dan terkesan tidak mampu mengejar pemerintah atas amanat UUD 1945 yang belum dijalankan, contohnya anggaran pendidikan. 20% dari APBN yang seharusnya dianggarkan buat anak-anak "Indonesia" toh cuma sekedar janji sampai sekarang. Lalu dimana artinya UUD kalau cuma dijalankan oleh segelintir poliTIkus yang pintar berjanji namun malas menepati. Hal ini juga menimbulkan pertanyaan baru di otak kita. Lalu sebenarnya dimana letak rakyat dimata anggota DPR?!!! Apa hanya sekedar di pelupuk mata atau benar-benar di hati. Kenapa suara rakyat hanya didengar PDIP saat rakyat mengkritik pemerintah? Tapi saat anggota DPR sibuk studi banding tanpa hasil kok mendadak semua anggota DPR dipenuhi kotoran telinganya?

Jadi begini deh ini post. Haduh...padahal uda komit gak bakal ngepost yg emosi lagi...tp kykna susah untuk gak emosi kalo nonton berita hari2 ini. Uda gitu, semakin sering gw nulis yg kayak gini semakin sering muncul pikiran bagaimana nanti kalau gw juga jadi seperti orang2 yang gw kritik saat ini? Ini yg gw takuti setakut2nya, karena kalau melihat mahasiswa2 yg sekarang lupa darathan (pake H) itu....sepertinya mereka juga bukanlah orang yang jahat tadinya. Mereka juga peduli dengan keadaan negara ini, tapi kenapa sekarang mereka tersesat? Kenapa???

Wednesday, May 9, 2007

Nyo

Setelah kembali (lumayan) akif di blog, dan mulai me-recovery cara gw menulis yang makin lama makin ngaco, tetap ada satu yang kurang dari blog gw yang baru ini. Yang kurang itu tentu aja pengunjungnya. Bukan apa-apa, pada masa kejayaan (halah!) dulu, dalam sehari bisa ada 35-40 visitor yang 20% meninggalkan komentar. Tapi sekarang, jumlah visitor cuma 2-4 malah sering kali gak ada sama sekali. Ada apa ini sebenarnya?

Kesimpulan pertama gw adalah banyak yang meninggalkan blog ini setelah lama gak aktif. Dan
jujur aja, sempet ada periode dimana gw lebih seneng kongkow daripada ngurusin blog ini.
Jadinya ya...gitu deh. Gak terurus uda pasti. Yang kedua, intensitas gw blogwalking sekarang
hampir nol. Satu-satunya aktivitas blogwalking...hmm...gak ada deng. Yang ada cuma blogvisiting, karena cuma satu blog yg gw kunjungin, ya blognya Yati. Bukan apa-apa, gw uda agak addicted sama kritik pedesnya mbak yang satu ini :D. Oh ya, gw mo nyombong dulu nih dengan kegeniusan gw

You Are 88% Tortured
Genius

You totally fit the profile of a tortured genius. You're uniquely
brilliant - and completely misunderstood.
Not like you really want anyone to understand you anyway. You're pretty
happy being an
island.
Are You
a Tortured Genius?



Balik ke Topik alias stick to the topic (moderator mode : on), belakangan gw lagi pusing banget sama masalah pribadi yang sulit gw ceritain disini soalnya terlalu private dan termasuk dalam "gak kok kita cuma teman aja" syndrome. Jadi sebenernya apa maksud bikin post ini? Gw gak tahu. Yang penting ngepost dah. Oh ya, berhubung saya akan pindah ke Jakarta dalam waktu dekat, minta doanya supaya semuanya lancar, aman, nyaman. Amin.

Tuesday, May 8, 2007

Tulisan Bingung Soal Reshuffle

Akhirnya, setelah didengung-dengungkan selama lebih dari tujuh bulan menurut media atau dua minggu menurut Presiden, reshuffle yang ditunggu-tunggu terjadi juga. Walau banyak yang memandang apatis keputusan presiden menggunakan hak prerogatifnya tersebut, tetap saja timbul harapan baru akan perbaikan kinerja kementerian karena reshuffle ini.
Total ada tujuh posisi menteri yang mengalami reshuffle, termasuk tiga posisi yang belakangan cukup "populer" dalam diskusi publik untuk diganti menterinya, yaitu Departemen Perhubungan (Dephub), Departemen Hukum dan HAM (Dephukham), dan tentu saja Menteri Sekretaris Negara (Mensekneg). Tiga posisi ini menurut saya wajar untuk direshuffle, karena kinerjanya yang tidak terlalu memuaskan.

Selain tiga menteri berkinerja buruk diatas, dari total tujuh posisi terdapat dua posisi yang keputusan untuk mereshufflenya cukup kontroversial dan sedikit tidak jelas alasannya. Dua posisi ini adalah Jaksa Agung Abudrahman Salleh yang digantikan Hendarman Supandji dan Meneg Pembangunan Daerah Tertinggal Syaefullah Yusuf. Posisi pertama kontroversial karena dalam pandangan saya, masuknya Hendarman Supandji yang saat menjabat ketua Timtastipikor kinerjanya tidak terlalu menonjol menggantikan Abdurahman Salleh yang cukup populer ditengah masyarakat dengan beberapa keputusan berani (walau kadang mundur sendiri)nya berkaitan dengan kasus mantan Presiden Soeharto terdengar aneh dikuping saya. Dimana sebenarnya kesalahan Abdurahman Salleh saya tidak tahu, sementara dimana letak kehebatan Hendarman Supandji saya juga tidak tahu. Yang pasti, menurut saya posisi ini adalah posisi yang cukup penting dalam komposisi penegakan hukum di Indonesia, dan yang saya takutkan adalah dengan bergantinya Jaksa Agung juga akan mengubah tata cara penegakan hukum yang sudah mulai menuju perbaikan. Tapi sekali lagi, tidak ada yang tahu pasti masa depan negeri ini. Jadi mari kita saksikan bersama kinerja Jaksa Agung baru kita nanti.
Berlanjut ke keputusan reshuffle kontroversial kedua, nama Syaefullah Yusuf sebagai Meneg Pembangunan Daerah Tertinggal memang cukup mengejutkan muncul dalam area reshuffle kali ini. Performanya memang tidak terlalu menonjol, tapi menarik untuk dilihat bahwa banyak pengamat politik yang merasa pindahnya Syaefullah Yusuf dari PKB ke PPP sebagai sebab dari dicopotnya Syaefullah dari kursi empuk tertinggalnya. Kebenaran isu ini diperkuat pembicaraan telepon antara Sudi Silalahi dan Syaefullah Yusuf. Saat itu, Sudi menyebutkan Syaefullah adalah representasi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB. Tapi dalam pandangan saya, pencopotannya juga dapat diartikan bahwa SBY memandang posisi ini sebagai poin yang cukup penting dalam perbaikan kinerjanya 2,5 tahun mendatang. Mungkin juga ini akan menjadi political asset SBY pada pemilu 2009 mendatang, yaitu bagaimana SBY memprioritaskan pembangunan daerah tertinggal pada masa pemerintahannya yang sekarang. Tapi jujur saja, dipandang dari sudut apapun Kementrian ini tidak terlalu penting karena tanpa adanya kementerian ini dan cukup dengan perbaikan kinerja tim ekonomi ditambah pembangunan daerah tertinggal menjadi salah satu visi bersama eksekutif, legislatif dan pemerintah daerah, masalah ini akan dapat diselesaikan. Jadi apapun keputusan soal posisi ini, dalam hemat saya bukanlah hal yang terlalu penting untuk diperdebatkan kecuali dari sudut pandang Partai Politik (Parpol) mungkin memang sedikit kontroversial.

Berlanjut lagi, ada satu posisi yang terkena reshuffle namun belum saya angkat disini. Posisi ini adalah posisi yang tidak terlalu penting bagi beberapa pihak, tapi bagi saya yang seorang blogger, sangat penting dan berpengaruh bagi kehidupan Komunikasi Informasi rakyat Inonesia. Posisi ini adalah Menkominfo.
Sofyan A. Djalil yang menjabat Menkominfo dari awal SBY memerintah, jelas bukan seorang Praktisi Teknologi Informasi. Ia adalah salah satu kebalikan dari salah satu poin pidato Presiden hari ini yaitu Right man on the right place. Dilihat dari pendidikan dan pengalaman Sofyan, ia memang lebih pantas menggantikan Sugiharto sebagai Meneg BUMN, karena dalam pengalam kerjanya lebih banyak berkutat dalam bidang ekonomi dan pasar modal.
Sementara pendidikan yang dijalani tidak menggambarkan seorang pakar Informatika (walau banyak juga yang kaya begini tapi ngaku pakar). Penggantinya adalah Muhammad M. Nuh, mantan rektor ITS yang walau saya tidak begitu ngeh dengan sepak terjangnya di bidang ICT, saya yakin akan lebih mendatangkan kebaikan dalam Departemen ini karena sehari-hari memang sudah berkutat dengan Teknologi Informasi.

Pada akhirnya, kita memang tidak bisa terlalu menggantungkan harapan pada Reshuffle kali ini. Perbaikan sebuah negara tidak bisa didatangkan dalam waktu 2,5 tahun, apalagi perubahan mendasar. Sayangnya, pemerintah dalam hal ini Presiden SBY sepertinya kurang memperhatikan kalau tingkat ekonomi negara ini masih sangat lemah, dan satu-satunya yang semakin baik hanyalah nilai tukar rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan. Sementara harga Sembako belakangan meninggi lagi, dengan Minyak Goreng yang mempelopori, mungkin diikuti dengan krisis beras yang akan dialami pada bulan Agustus.
Pertanyaan yang muncul adalah kenapa Presiden tidak mengganti Menkokesra Aburizal Bakrie yang tidak pantas menyandang jabatan Kesejahteraan Rakyat. Jelas-jelas Bakrie Group dengan "Ical" sebagai komisarisnya bertanggung jawab atas musibah, bahkan kurang tepat dikatakan musibah tapi kecerobohan perusahaannya di Sidoarjo. Jelas-jelas juga Aburizal gagal sebagai Menko Perekonomian pada awal pemerintahan SBY, dan mungkin juga merupakan salah satu penyebab sulitnya fondasi perekonomian diletakkan pada awal Pemerintahan SBY. Dari sini, mengemuka sebuah pertanyaan apakah reshuffle murni karena kinerja? Atau masih diwarnai Muatan Politik (Mulik) terima kasih SBY? Hanya SBY-lah yang bisa menjawabnya. Tapi sekali lagi, ketegasan dalam mengambil keputusanlah yang rakyat minta.


-------------------------------------------------------------
Ini adalah salah satu seri dari Tulisan Bingung. Gw mohon komentarnya untuk menambah kepercayaan diri gw akan tulisan gw (haha ketauan gak pedenya)

Tulisan Bingung soal Moral

Kemarin malam, kebetulan saya menyaksikan sinetron Yoyo yang ditayangkan RCTI pada pukul 3:30 dini hari. yang menarik perhatian saya waktu itu adalah satu adegan yang memperlihatkan Yoyo menasehati seorang wanita yang menyukai Yoyo, tapi karena cinta tak berbalas, memutuskan selingkuh dan mengundang seorang laki-laki masuk ke dalam rumahnya. Singkatnya, berdua, bukan muhrim, dalam rumah. Alhasil, Yoyo pun menasehati dia supaya jangan melanggar norma-norma yang ada didalam masyarakat, walaupun itu didalam rumahnya sendiri. Yoyo juga mengungkapkan kalau mereka tinggal di negara yang menjunjung tinggi moral dan norma agama. Pertanyaan sekejap muncul dalam otak saya. Apa kita pernah punya moral?


Sebagai manusia Indonesia yang baru hidup selama 16 tahun, rasanya sulit bagi saya untuk mengomentari suatu issue yang melibatkan 200 juta manusia. Bahkan walau saya ustadz sekalipun. Itu keyakinan saya. Tapi kalau kita lihat, memang banyak juga orang-orang yang mengatasnamakan moral dan norma agama yang dijunjung tinggi Masyarakat Indonesia untuk menasehati atau bahkan mendasari sebuah aksi kekerasan. Lalu muncul lagi pertanyaan di kepala saya. Apa dengan mengatasnamakan moral untuk melakukan aksi kekerasan membuat kita bermoral? Saya rasa tidak. Karena saya belum pernah tahu kalau kita merusak rumah, toko, dan sesuatu yang bukan hak kita untuk merusaknya itu bermoral. Sekali lagi, saya dibingungkan. Lalu dimana letak moral dalam masyarakat sebenarnya?

Apa kita pernah punya moral?

Menjawab pertanyaan ini sangat sulit untuk saya, bahkan mungkin setiap orang. Karena menurut saya semua orang pasti punya moral, hanya cara berpikir dan visilah yang akan membedakan eksekusi dari pernyataan moral itu sendiri. Tapi kalau kita mau lihat dari sejarah dan berani mengakui kesalahan, kita akan melihat kalau moral dan norma agama bukan menjadi junjungan tertinggi di negeri ini. Sikap KKN dan manipulatif yang sudah membudaya sejak jaman Soekarno sampe Soeroboyo (eh salah deng, SBY), jelas bukan sifat yang mencerminkan penjunjung tinggi moral dan norma. Dari situ saja sudah bisa dinyatakan kalau orang Indonesia bukan orang yang bermoral. Yang lebih hebat lagi, dari sudut pandang orang awam, kebanyakan korupsi berupa manipulasi keuangan terjadi di gedung-gedung "terhormat" yang "katanya" diisi oleh orang-orang terhormat. Bahkan ada yang bilang, orang-orang terhormat ini melakukan korupsi saat mewakili rakyat Indonesia yang "katanya" bermoral tinggi dan penjunjung norma agama. Sifat representatif dari orang-orang "terhormat" ini tidak saja memalukan bagi diri mereka sendiri, tapi juga memalukan seluruh rakyat Indonesia karena menyatakan mereka tidak bermoral sama saja menyatakan "Rakyat Indonesia tidak bermoral" karena kitalah yang memilih mereka, yang menggaji mereka, yang menghidupi mereka. Jadi apa jawaban untuk pertanyaan pertama? Jelas terlalu tidak bermoral untuk menyatakan kita tidak pernah punya moral, tapi wajar kalau kita menyatakan, "tingkat moral kita membuat belum pantas bagi kita untuk menilai tingkat moral orang lain, apalagi sampai mengadili". Tambahan sedikit, pernyataan ini juga meng"habisi" pandangan beberapa "pemikir" dan "sastrawan" yang menyatakan "ada degradasi dalam nilai-nilai kehidupan dan moral orang Indonesia" karena apanya yang mengalami degradasi, wong moral kita uda gak jelas dari dulu.

Dimana letak moral dalam masyarakat sebenarnya?

Dalam menjawab pertanyaan ini, sebenarnya kita perlu menelaah lagi apa definisi moral sebenarnya. Karena sulit bagi saya yang hanya ABeGe untuk menjawab pertanyaan ini tanpa definisi yang jelas. Tapi menurut saya, posisi moral yang paling terlihat dalam masyarakat Indonesia adalah saat kita merasa terganggu dengan ketidakbermoralannya masyarakat Indonesia itu sendiri. Menurut saya, disitulah letak moral paling tinggi pada manusia, karena disitulah letak moral yang paling alami dan tak ternodai. Di hati kita sendiri, dan yang membedakannya hanyalah kualitas nurani kita sendiri. Masalah besarnya adalah, saat kita mencoba melakukan aksi nyata untuk menyatakan suara hati kita pada masyarakat. Saat itu, tiba-tiba suara hati yang sangat murni dan simpel dibuat rumit oleh banyaknya pandangan dalam kepala kita. Dalam eksekusinya, kebanyakan aksi "bermoral" malah menempatkan eksekutornya dalam posisi TIDAK BERMORAL, karena biasanya sang eksekutor tidak mau mendengar suara hati dan moral orang lain. Inilah yang disebut Conflict Of Morality. Dan jujur saja, yang mengalami degradasi bukanlah moral orang Indonesia atau apapun sebutannya, tapi kualitas pendidikan dan sumber data yang masuk ke kepala kita, yang memang menurun seiring menurunnya tingkat ekonomi masyarakat.

--------------------------------------------------------------
Sisa artikelnya gak ada, mendadak gw ilang mood dan pecah fokus...sori nih kalo tulisannya agak gak biasa :"( soalnya gw sendiri lagi buntu dan males nulis...gak tahu kenapa, lagi banyak pikiran neh. Uda gitu malah nekat bikin artikel pake "saya" lagi.....