Tuesday, May 8, 2007

Tulisan Bingung Soal Reshuffle

Akhirnya, setelah didengung-dengungkan selama lebih dari tujuh bulan menurut media atau dua minggu menurut Presiden, reshuffle yang ditunggu-tunggu terjadi juga. Walau banyak yang memandang apatis keputusan presiden menggunakan hak prerogatifnya tersebut, tetap saja timbul harapan baru akan perbaikan kinerja kementerian karena reshuffle ini.
Total ada tujuh posisi menteri yang mengalami reshuffle, termasuk tiga posisi yang belakangan cukup "populer" dalam diskusi publik untuk diganti menterinya, yaitu Departemen Perhubungan (Dephub), Departemen Hukum dan HAM (Dephukham), dan tentu saja Menteri Sekretaris Negara (Mensekneg). Tiga posisi ini menurut saya wajar untuk direshuffle, karena kinerjanya yang tidak terlalu memuaskan.

Selain tiga menteri berkinerja buruk diatas, dari total tujuh posisi terdapat dua posisi yang keputusan untuk mereshufflenya cukup kontroversial dan sedikit tidak jelas alasannya. Dua posisi ini adalah Jaksa Agung Abudrahman Salleh yang digantikan Hendarman Supandji dan Meneg Pembangunan Daerah Tertinggal Syaefullah Yusuf. Posisi pertama kontroversial karena dalam pandangan saya, masuknya Hendarman Supandji yang saat menjabat ketua Timtastipikor kinerjanya tidak terlalu menonjol menggantikan Abdurahman Salleh yang cukup populer ditengah masyarakat dengan beberapa keputusan berani (walau kadang mundur sendiri)nya berkaitan dengan kasus mantan Presiden Soeharto terdengar aneh dikuping saya. Dimana sebenarnya kesalahan Abdurahman Salleh saya tidak tahu, sementara dimana letak kehebatan Hendarman Supandji saya juga tidak tahu. Yang pasti, menurut saya posisi ini adalah posisi yang cukup penting dalam komposisi penegakan hukum di Indonesia, dan yang saya takutkan adalah dengan bergantinya Jaksa Agung juga akan mengubah tata cara penegakan hukum yang sudah mulai menuju perbaikan. Tapi sekali lagi, tidak ada yang tahu pasti masa depan negeri ini. Jadi mari kita saksikan bersama kinerja Jaksa Agung baru kita nanti.
Berlanjut ke keputusan reshuffle kontroversial kedua, nama Syaefullah Yusuf sebagai Meneg Pembangunan Daerah Tertinggal memang cukup mengejutkan muncul dalam area reshuffle kali ini. Performanya memang tidak terlalu menonjol, tapi menarik untuk dilihat bahwa banyak pengamat politik yang merasa pindahnya Syaefullah Yusuf dari PKB ke PPP sebagai sebab dari dicopotnya Syaefullah dari kursi empuk tertinggalnya. Kebenaran isu ini diperkuat pembicaraan telepon antara Sudi Silalahi dan Syaefullah Yusuf. Saat itu, Sudi menyebutkan Syaefullah adalah representasi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB. Tapi dalam pandangan saya, pencopotannya juga dapat diartikan bahwa SBY memandang posisi ini sebagai poin yang cukup penting dalam perbaikan kinerjanya 2,5 tahun mendatang. Mungkin juga ini akan menjadi political asset SBY pada pemilu 2009 mendatang, yaitu bagaimana SBY memprioritaskan pembangunan daerah tertinggal pada masa pemerintahannya yang sekarang. Tapi jujur saja, dipandang dari sudut apapun Kementrian ini tidak terlalu penting karena tanpa adanya kementerian ini dan cukup dengan perbaikan kinerja tim ekonomi ditambah pembangunan daerah tertinggal menjadi salah satu visi bersama eksekutif, legislatif dan pemerintah daerah, masalah ini akan dapat diselesaikan. Jadi apapun keputusan soal posisi ini, dalam hemat saya bukanlah hal yang terlalu penting untuk diperdebatkan kecuali dari sudut pandang Partai Politik (Parpol) mungkin memang sedikit kontroversial.

Berlanjut lagi, ada satu posisi yang terkena reshuffle namun belum saya angkat disini. Posisi ini adalah posisi yang tidak terlalu penting bagi beberapa pihak, tapi bagi saya yang seorang blogger, sangat penting dan berpengaruh bagi kehidupan Komunikasi Informasi rakyat Inonesia. Posisi ini adalah Menkominfo.
Sofyan A. Djalil yang menjabat Menkominfo dari awal SBY memerintah, jelas bukan seorang Praktisi Teknologi Informasi. Ia adalah salah satu kebalikan dari salah satu poin pidato Presiden hari ini yaitu Right man on the right place. Dilihat dari pendidikan dan pengalaman Sofyan, ia memang lebih pantas menggantikan Sugiharto sebagai Meneg BUMN, karena dalam pengalam kerjanya lebih banyak berkutat dalam bidang ekonomi dan pasar modal.
Sementara pendidikan yang dijalani tidak menggambarkan seorang pakar Informatika (walau banyak juga yang kaya begini tapi ngaku pakar). Penggantinya adalah Muhammad M. Nuh, mantan rektor ITS yang walau saya tidak begitu ngeh dengan sepak terjangnya di bidang ICT, saya yakin akan lebih mendatangkan kebaikan dalam Departemen ini karena sehari-hari memang sudah berkutat dengan Teknologi Informasi.

Pada akhirnya, kita memang tidak bisa terlalu menggantungkan harapan pada Reshuffle kali ini. Perbaikan sebuah negara tidak bisa didatangkan dalam waktu 2,5 tahun, apalagi perubahan mendasar. Sayangnya, pemerintah dalam hal ini Presiden SBY sepertinya kurang memperhatikan kalau tingkat ekonomi negara ini masih sangat lemah, dan satu-satunya yang semakin baik hanyalah nilai tukar rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan. Sementara harga Sembako belakangan meninggi lagi, dengan Minyak Goreng yang mempelopori, mungkin diikuti dengan krisis beras yang akan dialami pada bulan Agustus.
Pertanyaan yang muncul adalah kenapa Presiden tidak mengganti Menkokesra Aburizal Bakrie yang tidak pantas menyandang jabatan Kesejahteraan Rakyat. Jelas-jelas Bakrie Group dengan "Ical" sebagai komisarisnya bertanggung jawab atas musibah, bahkan kurang tepat dikatakan musibah tapi kecerobohan perusahaannya di Sidoarjo. Jelas-jelas juga Aburizal gagal sebagai Menko Perekonomian pada awal pemerintahan SBY, dan mungkin juga merupakan salah satu penyebab sulitnya fondasi perekonomian diletakkan pada awal Pemerintahan SBY. Dari sini, mengemuka sebuah pertanyaan apakah reshuffle murni karena kinerja? Atau masih diwarnai Muatan Politik (Mulik) terima kasih SBY? Hanya SBY-lah yang bisa menjawabnya. Tapi sekali lagi, ketegasan dalam mengambil keputusanlah yang rakyat minta.


-------------------------------------------------------------
Ini adalah salah satu seri dari Tulisan Bingung. Gw mohon komentarnya untuk menambah kepercayaan diri gw akan tulisan gw (haha ketauan gak pedenya)

3 comments:

uknee said...

mo tau kenapa ical ga diganti cos biar lapindo mo tanggungjawab ganti rugi warga porong yg 80 % lagi..kalo dia diganti kan gampang kabur ke luar negeri n lari dr tanggungjawab seperti koruptor2 di negeri ini..strategi yg cukup baik..ini alasan yg gw dpt dr org yg cukup terpercaya...

Anonymous said...

Terima kasih untuk blog yang menarik

ungu said...

sama nih aku juga lagi bingung