Thursday, February 9, 2006

Sebuah Ironi

Indonesia adalah negara yang besar. Ya. Tidak ada orang yang menyangkal itu. Tapi sayangnya, masih banyak orang-orang (apalagi orang Jakarta) yang menganggap tinggal di daerah merupakan suatu momok. Padahal, Indonesia tidak akan pernah bisa bangkit dari kegagalan kalau pembangunan terus-menerus terpusat pada kota Jakarta. Padahal, Indonesia merupakan negara yang luas. Negara seribu pulau, kata orang. Tapi, sebagian besar orang-orangnya lebih memilih berlibur ke Singapore daripada ke Makassar atau Pontianak, yang jelas-jelas di dalam Indonesia. Padahal, bila sebagian besar penduduk yang memilih berlibur ke luar negeri itu memilih sebaliknya, dengan berlibur ke kota-kota yang belum pernah dijelajahinya di Indonesia, itu akan sangat membantu pemerintah daerah, karena hasil dari pendapatan wisata daerah akan langsung masuk ke kantong pemerintah daerah dan itu bisa digunakan untuk membangun daerah itu supaya lebih maju. Bahkan, seperti singapore mungkin. Hal inilah yang sampai sekarang belum disadari oleh Rakyat Indonesia. Peralihan ekonomi besar-besaran pada tahun 1990-1992 telah mengubah wajah dan otak rakyat Indonesia yang menikmati hasil peralihan itu. Mereka lebih bangga makan kue Butter Cookies daripada makan Gemblong atau kue-kue tradisional lainnya yang jelas-jelas hasil kerja keras sesamanya! Hasil kerja keras rakyat Indonesia! Mereka lebih bangga menggunakan baju-baju impor daripada kebaya atau songket yang jelas-jelas kerja keras nenek moyang kita! Padahal, dalam komunitas sosial, kalangan menengah ke atas selalu menjadi contoh bagi kalangan menengah bawah. Ibaratnya, bila si kaya membeli mobil, tentu si miskin akan bilang, "wah, kapan ya saya bisa beli mobil kayak dia....." dan lebih hebatnya lagi, si kaya bukannya memotivasi si miskin untuk bekerja lebih giat, malah mematikan semangat si miskin, "hah! Mana mungkin orang miskin seperti kamu bisa membeli mobil seperti ini! Tahu diri dong! Saya tuh kerja keras bertahun-tahun baru bisa begini!" padahal dia sendiri korupsi dan memakan uang si miskin baru bisa membeli semua itu. Dalam keaadaan seperti ini, hendaknya pemerintah menumbuhkan kesadaran kepada kalangan menengah ke atas bahwa "anda tuh dikasih makan sama dia tahu!!!" supaya si kaya selalu membantu si miskin supaya si miskin juga bisa kaya. Saya ingat sebuah cerita saat saya masih SD yang benar-benar terjadi (menurut ayah saya), yaitu mengenai seorang pegawai pajak yang korupsi dari uang santunan orang miskin. Setelah dia kaya, dia tertangkap basah sedang mengkorupsi uang santunan. Namun, karena saat itu jaman ORBA, dia dibebaskan namun dikenai denda dan seluruh asetnya disita. Diapun menjadi miskin. Ketika dia sedang kesulitan, dia diminta datang ke kantor pos, untuk menerima santunan. Tapi apa yang terjadi? Saat dia disana, dia malah dimintai komisi oleh petugas yang melayani. Saat itu dia menangis. See? Jadi, kalau ada kesadaran dari masing-masing individual bahwa uang santunan itu bisa membuat si miskin kaya, sehingga nantinya mungkin gaji dia dinaikkan karena pemerintah tidak perlu lagi memberikan santunan. Sayangnya, sifat ini telah mati terkubur isu terorisme, globalisme, dan lain-lain. Padahal, di negara yang segalanya belum matang seperti Indonesia, lebih baik pemerintah memfokuskan pendidikan agama pada anak-anak dulu supaya mereka nantinya memiliki attitude yang lebih baik daripada sekarang. Bukannya malah menangkapi koruptor terus menerus tanpa ada perbaikan pada bibitnya. Bukannya saya tidak suka akan usaha pemerintah, tapi menurut saya pemerintah lebih baik memfokuskan diri memperbaiki bibit-bibit awal supaya mereka tidak mengulangi kesalahan yang sudah tua dan busuk itu. Kalau tidak, Indonesia hanya akan menjadi negara keledai yang terus-menerus melakukan kesalahan yang sama tanpa usaha introspeksi diri lebih lanjut agar bisa memperbaiki kesalahan yang lalu. Nah, ternyata akhirnya thread ini menjadi mencong dari topik awal. karena itu saya mohon maaf.

3 comments:

Ifoeng said...

Indonesia butuh orang-orang yang nuraninya 'melek'kayak dikau. Pertahankan prestasimu :-).

Gagah Putera Arifianto said...
This comment has been removed by a blog administrator.
Gagah Putera Arifianto said...

Iya sih.....tp kayaknya gw gak terlalu 'melek'2 amat deh. Soalnya gw ini 'sipit' hehehe ((^_^))